Kerap Disamakan, Ini Beda Hamil Anggur dan Ektopik

hamil anggur

Kehamilan adalah kondisi alamiah tubuh yang menggambarkan perkembangan janin di dalam rahim. Namun pada beberapa kasus, kehamilan ini tidak berkembang dengan baik. Seperti halnya pada kasus dengan hamil anggur maupun ektopik.

Normalnya, kehamilan bisa terjadi jika sperma membuahi sel telur setelah dilepaskan dari ovarium pada masa perempuan mengalami ovulasi. Telur yang berhasil dibuahi inilah, kemudian akan bergerak menuju ke rahim. Ini adalah tempat dimana proses implantasi akan terjadi. Apabila proses implantasi ini berjalan dengan baik, maka kehamilan bisa terjadi.

Akan tetapi, pada beberapa kondisi tertentu, kehamilan ini tidak berkembang secara normal. Hal ini menyebabkan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan. Tak terkecuali risiko kehamilan anggur hingga hamil di luar kandungan. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi tersebut, perhatikan uraian berikut.

Mengenal Apa Itu Hamil Anggur

Mola hidatidosa atau yang biasa dikenal dengan kehamilan anggur merupakan sebuah komplikasi kehamilan. Kondisi ini terjadi akibat adanya pertumbuhan yang abnormal dari trofoblas, yakni sel atau jaringan yang akan berkembang menjadi plasenta pada ibu hamil.

Kelainan ini merupakan kondisi premaligna, atau dapat berisiko, serta bisa berkembang menjadi suatu penyakit keganasan. Kehamilan anggur sendiri terbagi menjadi dua jenis, yakni sebagian dan lengkap. Kondisi kehamilan mola lengkap ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan plasenta yang tidak normal, membengkak, serta juga memunculkan sejumlah kista yang di dalamnya berisi cairan.

Dalam kehamilan anggur ini juga tidak ditemukan adanya bentuk janin. Sementara itu, kehamilan anggur sebagian ditandai dengan kondisi jaringan plasenta berkembang normal dan abnormal. Pada jaringan ini terdapat bentuk janin, namun tidak mampu bertahan. Sehingga risiko keguguran seringkali terjadi pada awal kehamilan.

Tanda dan Gejala Kehamilan Anggur

Hamil anggur, pada awalnya memiliki tanda dan gejala yang mirip dengan kehamilan normal pada umumnya. Akan tetapi, setelah beberapa waktu, kondisi kehamilan ini akan memunculkan gejala-gejala lain seperti:

  1. Mengalami pendarahan vagina di 3 bulan pertama kehamilan.
  2. Mual dan muntah hebat.
  3. Terjadinya preeklamsia yang disebabkan oleh tingginya tekanan darah pada ibu hamil.
  4. Terjadi peningkatan ukuran perut yang lebih cepat dari ukuran normal.
  5. Tidak terdeteksi adanya detak jantung atau gerakan janin.
  6. Keluarnya kista yang menyerupai anggur keluar melalui vagina.
  7. Seringkali terjadi anemia atau kekurangan darah merah selama masa kehamilan.
  8. Mengalami nyeri yang parah pada tulang panggul.

Penyebab Hamil Anggur

Secara umum, penyebab terjadinya kehamilan anggur adalah proses awal pembuahan yang tidak berjalan secara normal. Biasanya, kondisi kehamilan seperti ini terjadi saat sperma membuahi sel telur atau ovum yang kosong (kehamilan anggur lengkap).

Kondisi ini menyebabkan tidak adanya embrio yang terbentuk atau bisa juga saat dua sperma membuahi satu sel telur (kehamilan anggur sebagian). Penyebab lainnya dari kehamilan anggur adalah adanya kelainan pada kromosom. Kondisi kelainan ini bisa terjadi ketika sejumlah materi genetik di dalam sel telur tidak dibuahi dengan baik.

Secara normal, manusia mempunyai 23 pasang kromosom yang berasal dari ayah dan ibu. Akan tetapi, pada hamil anggur terdapat tambahan satu set kromosom yang berasal dari ayah. Hal ini mengakibatkan sel telur yang dibuahi tidak mampu untuk bertahan hidup.

Komplikasi Hamil Anggur

Ketika ibu hamil dengan kondisi kehamilan anggur tidak segera melakukan langkah perawatan saat menemukan gejala yang muncul, hal ini bisa menimbulkan sejumlah komplikasi yang mungkin saja terjadi. Berikut beberapa komplikasinya.

  1. Gestational Trophoblastic Neoplasia Persistent

Jaringan molar terkadang masih tetap ada di tempat penempelannya dan terus tumbuh, bahkan setelah prosedur pengangkatan selesai. Kondisi ini disebut dengan istilah medis gestational trophoblastic neoplasia (GTN) persistent. Komplikasi seperti ini terjadi pada sekitar 15 – 20% ibu dengan kehamilan anggur lengkap dan terjadi 5% pada kehamilan anggur parsial.

  1. Risiko Pendarahan

Salah satu komplikasi yang paling sering adalah risiko pendarahan yang dapat terjadi pada tahap awal atau selama kehamilan. Pendarahan ini memerlukan perawatan medis segera.

  1. Infeksi

Pada beberapa kasus, terkadang hamil anggur dapat menyebabkan infeksi pada jaringan plasenta yang abnormal. Infeksi ini bisa menimbulkan gejala seperti demam, nyeri panggul, dan keputihan yang berbau tidak sedap.

  1. Perkembangan janin yang abnormal

Perlu diketahui, bahwa kehamilan anggur bukan merupakan kehamilan normal. Dimana janin tidak dapat berkembang dengan baik. Jaringan plasenta yang abnormal tidak dapat memberikan nutrisi yang cukup bagi janin. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin juga menjadi terhambat.

  1. Melemahnya dinding rahim

Massa mola yang terbentuk di dalam rahim dapat menyebabkan melemahnya pada dinding rahim. Hal ini dapat mengakibatkan keretakan atau perforasi dinding rahim, yang berpotensi mengancam keselamatan ibu, sehingga memerlukan tindakan bedah.

  1. Risiko Kanker

Setelah kehamilan anggur diobati, terdapat risiko dimana beberapa sel plasenta yang abnormal masih bisa bertahan di dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan perkembangan jenis kanker langka yang disebut koriokarsinoma.

  1. Preeklampsia

Tubuh wanita yang mengalami kehamilan anggur akan memproses zat-zat tertentu dalam darah. Zat-zat ini dapat meningkatkan tekanan darah, kemudian memengaruhi kerja ginjal dan bahkan kadang juga fungsi hati. Tekanan darah yang tinggi saat hamil ini merupakan tanda preeklampsia.

Penting untuk segera mendapatkan perawatan medis jika Anda mencurigai risiko kehamilan anggur atau mengalami gejala-gejala yang mencurigakan. Dokter akan melakukan pemeriksaan dan tes untuk memastikan diagnosis yang akurat serta merencanakan perawatan yang tepat. Mulai dari penanganan melalui pembedahan hingga terapi obat-obatan.

Pengobatan Hamil Anggur

Metode penanganan hamil anggur adalah tergantung kondisi ibu itu sendiri. Berikut ini beberapa langkah penanganannya.

  1. Penghisapan atau Vakum Hamil Anggur

Prosedur ini dilakukan dengan menghisap jaringan abnormal dari kehamilan anggur menggunakan kateter khusus yang dimasukkan melalui vagina hingga ke rongga rahim. Sebelum menjalani prosedur ini, dokter akan melakukan anastesi pada pasien.

  1. Obat-obatan

Apabila jaringan yang tumbuh di dalam rahim berukuran besar dan tidak mudah dihisap menggunakan alat, maka dokter akan memberikan obat pemicu kontraksi untuk mengeluarkan jaringan kehamilan anggur melalui vagina.

  1. Kuret

Prosedur ini dilakukan dengan melebarkan serviks agar dokter dapat mengangkat jaringan abnormal dengan alat khusus. Kuret menjadi pilihan terbaik jika pengidap berencana untuk hamil kembali.

  1. Histerektomi atau pengangkatan rahim

Prosedur penanganan hamil anggur ini hanya dilakukan jika ibu hamil tidak berencana untuk hamil kembali atau berisiko tinggi mengalami penyakit berbahaya. Misalnya seperti gestational trophoblastic neoplasia (GTN).

  1. Pemantauan HCG

Setelah jaringan abnormal diangkat, dokter akan memeriksa kadar HCG ibu hamil selama 6 – 12 bulan. Tujuannya untuk memastikan tidak ada sel-sel abnormal yang kembali tumbuh. Ibu hamil dianjurkan untuk menunda kehamilan selama pengobatan berlangsung.

Mengenal Apa Itu Hamil Ektopik

Kehamilan ektopik, juga dikenal sebagai kehamilan di luar kandungan, terjadi ketika pembuahan sel telur terjadi di luar rahim. Kondisi ini biasanya terjadi pada saluran tuba falopi. Dalam kehamilan normal, setelah pembuahan, embrio akan bergerak ke rahim untuk menempel dan berkembang menjadi janin.

Namun pada kehamilan di luar rahim, embrio tidak dapat mencapai rahim dan tetap berada di saluran tuba falopi. Meskipun dalam beberapa kasus, kehamilan ini dapat terjadi di daerah lain seperti ovarium, leher rahim, atau rongga perut.

Tanda dan Gejala Kehamilan Ektopik

Pada beberapa kasus, ibu hamil mungkin tidak akan menemukan atau merasakan adanya gejala di awal kehamilan. Akan tetapi, beberapa wanita yang mengalamihamil ektopikmemiliki tanda dan gejala awal seperti kehamilan biasa pada umumnya.

Misalnya saja seperti telat haid, nyeri pada payudara, serta mual muntah. Bahkan ketika ibu melakukan tes kehamilan, hal ini juga akan menunjukkan hasil yang positif. Namun, kehamilan di luar kandungan ini tidak akan bisa berlanjut seperti hamil biasa pada umumnya.

Ketika sel telur yang sudah dibuahi ini tumbuh di tempat yang tidak tepat, maka tanda dan gejala kehamilan ini akan menjadi lebih terlihat. Setidaknya, ada beberapa gejala dan ciri-ciri kehamilan ektopik yang mungkin tampak, diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Ciri-ciri pada awal kehamilan

Terdapat beberapa ciri dan tanda peringatan awal kemungkinan kehamilan ektopik, yakni terjadinya pendarahan vagina ringan dan juga nyeri pada panggul. Apabila darah keluar dari tuba falopi, maka ibu biasanya akan merasakan adanya nyeri bahu.

Terkadang juga terasa dorongan untuk buang air besar. Sedangkan pada gejala kehamilan di luar kandungan yang lebih spesifik, hal ini tergantung pada tempat berkumpulnya darah dan bagian saraf yang mengalami iritasi.

  1. Gejala darurat

Apabila sel telur yang dibuahi pada kehamilan di luar rahim terus tumbuh pada organ tuba falopi, kondisi ini bisa menyebabkan pecahnya tuba falopi. Gejala yang terlihat adalah terjadinya pendarahan hebat di dalam perut. Gejala hamil ektopik ini sangat mengancam jiwa, sehingga harus segera dilakukan penanganan.

Kehamilan ektopik adalah kondisi serius yang memerlukan perhatian medis segera. Hal ini karena embrio yang berkembang di luar rahim tidak akan dapat bertahan hidup dan juga dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu.

Penyebab Hamil Ektopik

Secara umum, kehamilan ektopik bisa terjadi akibat adanya kerusakan pada organ tuba falopi. Kerusakan ini dapat membuat tuba falopi menjadi menyempit atau tersumbat. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya pergerakan sel telur menuju ke rahim juga terhambat. Adapun beberapa kondisi yang bisa menimbulkan terjadinya kerusakan pada tuba falopi, diantaranya adalah sebagai berikut.

  1. Endometriosis
  2. Penyakit radang panggul
  3. Gangguan keseimbangan hormon
  4. Kelainan tuba falopi yang berasal dari bawaan lahir
  5. Munculnya jaringan parut yang disebabkan oleh prosedur medis pada rahim

Pengobatan Hamil Ektopik

Perlu diketahui, bahwa janin yang terjadi pada kondisi kehamilan ektopik tidak akan bisa berkembang secara normal. Kondisi seperti ini sangat berpotensi mengancam jiwa ibu hamil, sehingga harus segera ditangani.

Penanganan pada kondisi hamil ektopik tergantung dari perkembangan kehamilan dan juga lokasi menempelnya sel telur. Dalam menangani kehamilan ektopik, dokter biasanya akan menggunakan terapi obat-obatan maupun jalan operasi. Berikut ini penjelasannya.

  1. Obat Suntik

Dokter biasanya akan memberikan terapi obat dengan suntikan methotrexate yang digunakan untuk menghentikan kehamilan ektopik tahap awal. Setelah pemberian suntikan ini, dokter akan melakukan pemantauan kandungan kadar hormon hCG dalam darah tiap 2 – 3 hari sampai kadarnya mengalami penurunan. Penurunan kadar hCG ini menjadi tanda bahwa kehamilan sudah tidak mengalami perkembangan.

  1. Operasi Laparoskopi

Hamil ektopik dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan tuba falopi dan jaringan sekitarnya. Apabila ada salah satu atau justru kedua tuba falopi mengalami kerusakan, maka dokter akan melakukan tindakan operasi laparoskopi yang bertujuan untuk mengangkat tuba falopi.

Namun pada kasus tertentu bila kondisi memungkinkan, bagian tuba falopi ini cukup diperbaiki tanpa harus dilakukan tindakan pengangkatan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan peluang hamil, bila masih memiliki rencana kehamilan.

  1. Operasi Laparotomi

Seringkali pasien kehamilan ektopik mengalami pendarahan hebat. Dalam kasus ini, maka dokter akan melakukan tindakan darurat, yakni operasi laparotomi. Metode operasi laparotomi ini dilakukan dengan pembuatan sayatan besar pada perut sebagai jalan untuk tindakan pengangkatan janin maupun memperbaiki tuba falopi yang mengalami kerusakan.

Setelah pengobatan dilakukan, maka dokter akan menyarankan pasien agar memberikan jeda waktu 3 bulan sebelum kembali untuk melakukan perencanaan kehamilan berikutnya. Hal ini ditujukan supaya rahim terlebih dahulu pulih, sekaligus mengurangi risiko terjadinya hamil ektopik lagi.

Setelah dilakukannya penanganan medis, penting bagi ibu untuk mengikuti instruksi dari dokter terkait proses pemulihan dan tindak lanjut yang mungkin dilakukan. Beberapa wanita mungkin membutuhkan waktu untuk pulih secara fisik maupun emosional pasca mengalami kondisi kehamilan di luar rahim.

Bila Anda mengalami kehamilan dengan kondisi kelainan hamil ektopik maupun kehamilan anggur, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Jangan menunggu hingga kondisi semakin parah. Persiapkan kehamilan Anda untuk menghindari risiko selama kehamilan yang tidak diinginkan.

Jangan lupa, untuk selalu memproteksi diri sejak awal agar Anda terhindar dari permasalahan dana pengobatan. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan asuransi kesehatan. Cekpremi.com hadir sebagai platform yang memberikan rekomendasi produk asuransi terbaik bagi Anda untuk menjamin kesehatan diri. Kunjungi segera, cekpremi.com dan dapatkan proteksi yang sesuai!

Sumber :

Siliam Hospitals

Halodoc

Bebeclub

Alodokter

Hello Sehat

Siloam Hospitals

Halodoc